Rabu, 06 Mei 2015

TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan taman nasional termasuk iklim tipe A meliputi daerah semeru, tipe B dengan nilai Q sebesar 14,36% dan curaj hujan rata-rata 6604,4 mm/tahun. Kelembaban udara di sekitar laut pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90 - 97% dan minimal 42 - 45% dengan tekanan udara 1007 - 1015,7 mm Hg. Suhu udara rata-rata berkisar antara 5°C - 22°C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari di puncak musim kemarau antara 3°C - 5°C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu di bawah O°C (minus). Sedangkan suhu maksimum berkisar antara 20°C - 22°C.
Berdasarkan peta geologi Jawa dan Madura skala 1 : 500.000 dari Direktorat Geologi Indonesia tahun 1963, formasi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan hasil gunung api kuarter muda sampai kuater tua. Sedangkan topografi taman nasional berada pada ketinggian 750 - 3.676 m dpl, keadaan topografinya bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak. Secara umum kawasan taman nasional merupakan dataran tinggi yang terdiri dari komplek Pegunungan Tengger di utara dan komplek Gunung Jambangan di sebelah selatan.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.
Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).
Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini
Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut.
Di laut pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa).
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbahaya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo.
Upacara Kasodo diselenggarakan setiap tahun (Desember/Januari) pada bulan purnama. Melalui upacara tersebut, masyarakat Suku Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo, sementara masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing kawah dan meraih untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.
Perebutan sesaji tersebut merupakan atraksi yang sangat menarik dan menantang sekaligus mengerikan. Sebab tidak jarang diantara mereka jatuh ke dalam kawah.
1. Komplek Gunung Semeru
Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi (3.676 m dpl) di Pulau Jawa. Mahameru adalah nama lain dari Puncak Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa (3.676 m dpl) dengan kawahnya yang menganga lebar yang disebut Jonggring Saloko. Karena merupakan gunung tertinggi, maka dari puncak Gunung Semeru dapat dinikmati pemandangan alam yang mempesona, yakni ke:
- sebelah barat tampak kota Malang;
- sebelah utara tampak Gunung Kepolo dan Pegunungan Tengger;
- sebelah selatan tampak garis pantai selatan;
- sebelah timur tampak Gunung Argopuro.
Dikalangan pecinta alam baik pendaki lokal, regional, nasional, bahkan pendaki dari luar negeri (terutama Perancis) Gunung Semeru merupakan sasaran pendakian sepanjang tahun. Bahkan pada beberapa tahun terakhir setiap tanggal 17 Agustus Gunung Semeru dikunjungi ribuan pendaki.
Beberapa obyek disepanjang rute menuju Gn. Semeru yang biasa dilalui pendaki adalah:
Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo (8 ha) terletak pada ketinggian 2390 m dpl antara Ranu Pani dan Gn. Semeru. Secara historis geologis, Ranu Kumbolo terbentuk dari massive kawah G. Jambangan yang telah memadat sehingga air yang tertampung secara otomatis tidak mengalir ke bawah secara gravitasi. Ranu Kumbolo hingga saat ini merupakan potensi obyek wisata yang menarik. Daya tariknya antara lain bahwa pada lapangan yang relatif tinggi dari permukaan laut terdapat danau/telaga dengan airnya yang jernih sehingga banyak menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Bagi para pendaki, Ranu Kumbolo, merupakan tempat pemberhentian/istirahat sambil mempersiapkan perjalanan berikutnya. Daya tariknya, di pinggir sebelah barat danau terdapat prasasti peninggalan purbakala. Diduga prasasti ini merupakan peninggalan jaman kejayaan Kerajaan Majapahit, namun hingga saat ini belum diperoleh kepastian.
Khusus di perairan danau, kita dapat menyaksikan kehidupan satwa migran burung belibis. Bagi para pengamat lingkungan, Ranu Kumbolo sebetulnya merupakan laboratorium alam yang cocok bagi kegiatan penelitian dan observasi lapangan yang sarat dengan kandungan ilmu pengetahuan. Fasilitas yang ada di Ranu Kumbolo yaitu Pondok Pendaki (70 M2) dan MCK yang dimanfaatkan para pendaki untuk beristirahat, disamping terdapatnya lapangan yang relatif datar untuk sarana berkemah. Kebutuhan air dapat terpenuhi dari air danau.
Kalimati
Kalimati merupakan tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanannya menuju puncak Mahameru. Tempat ini biasa digunakan beristirahat dikarenakan terdapat sumber air (Sumber Mani) yang berjarak sekitar 500 Km dari Kalimati. Disamping terdapat tanah lapang yang relatif datar juga sudah dibangun fasilitas Pondok Pendaki dan MCK. Suhu udara di Kalimati relatif dingin jika dibanding tempat lainnya, dikarenakan daerah kalimati merupakan lembah dari beberapa bukit/gunung-gunung di sekitarnya.
Arcopodo
Arcopodo/Recopodo terletak pada pertengahan Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arco podo/reco podo. Disamping itu juga terdapat beberapa monumen korban meninggal atau hilang pada saat pendakian G. Semeru. Tempat ini sering pula dimanfaatkan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya ke puncak Mahameru.
Padang Rumput Jambangan
Daerah padang rumput ini terletak di atas 3200 m dpl, merupakan padang rumput yang diselang-selingi tumbuhan cemara, mentigi dan bunga Edelwis. Topografi relatif datar pada jalur pendakian ini, beberapa tempat yang teduh menampakkan sebagai tempat istirahat yang ideal untuk menikmati udara yang sejuk. Dari tempat ini terlihat G. Semeru secara jelas menjulang tinggi dengan kepulan asap menjulang ke angkasa serta guratan/alur lahar pada seluruh tebing puncak yang mengelilingi berwarna perak. Di tempat ini para pendaki maupun fotografer sering mengadakan atraksi keunikan dan gejala alam gunung api yang selalu mengeluarkan asap dan debu, merupakan suatu panorama alam yang menakjubkan.
Oro - Oro Ombo
Daerah ini merupakan padang rumput yang luasnya sekitar 100 ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit gundul dengan type ekosistem asli tumbuhan rumput. Lokasinya berada di bagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah mangkok berisikan hamparan rumput yang berwarna kekuning-kuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.
Cemoro Kandang
Kelompok hutan cemorokandang termasuk gugusan Gunung Kepolo (3.095 m), terletak di sebelah selatan dari padang rumput Oro-Oro Ombo. Merupakan hutan yang didominasi pohon cemara (Casuarina junghuniana) dan paku-pakuan.
Pangonan Cilik
Pangonan cilik merupakan kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang letaknya tidak jauh dari Ranu Gumbolo. Asal usul nama tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip padang penggembalaan ternak (pangonan). Daya tarik dari kawasan ini adalah merupakan lapangan yang relatif datar di tengah-tengah kawasan yang di sekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
2. Komplek Bromo Tengger
Kaldera Tengger
Daya tarik utama TN-BTS adalah gejala alam yang unik dan spektakuler yang dapat dinikmati dan didekati dengan mudah. Kaldera Tengger dengan 5 (lima) buah gunung yang berada didalamnya merupakan daya tarik tersendiri, termasuk kisah geologi terbentuknya gunung-gunung tersebut. Kaldera Tengger ini secara administrasi pemerintahan terdapat di Kab. Probolinggo. Desa terdekat dari Kaldera Tengger adalah Cemorolawang (±45 Km dari Probolinggo), dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau carter jeep. Sedangkan dari Cemorolawang apabila ingin turun dan menyusuri lautan pasir Kaldera Tengger dapat menggunakan kuda, jeep atau jalan kaki. Fasilitas yang tersedia di Cemorolawang relatif lengkap antara lain shelter, plasa, penginapan (hotel, homestay, dll), rumah makan, wartel, souvenir shop, MCK umum, dll.
Gunung Bromo
Gunung Bromo merupakan salah satu gunung dari lima gunung yang terdapat di komplek Pegunungan Tengger di laut pasir. Daya tarik gunung ini adalah merupakan gunung yang masih aktif dan dapat dengan mudah didaki/dikunjungi. Obyek wisata Gunung Bromo ini merupakan fenomena dan atraksi alami yang merupakan salah satu daya tarik pengunjung. Kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah (creater in the creater) dengan hamparan laut pasir yang mengelilinginya.
Bagi pengunjung yang ingin melihat lebih dekat dan menghirup aroma asap vulkanik wisatawan dapat naik ke puncak Bromo. Untuk sampai di puncak G. Bromo telah disediakan tangga dari beton. Bila kita sampai di puncak maka tampak kawah Bromo yang menganga lebar dengan kepulan asap yang keluar dari dasarnya yang menandakan gunung ini masih aktif. Dari puncak inilah pengunjung dapat menikmati/menyaksikan kawah Bromo dengan kepulan-kepulan asapnya yang relatif tipis, serta ke arah belakang dapat menyaksikan keindahan panorama hamparan laut pasir dengan siluet alamnya yang mempesonakan.
Daya tarik lainnya, adalah bahwa gunung ini merupakan tempat bagi berlangsungnya acara puncak upacara ritual masyarakat Tengger (Kasada) yakni berupa pelemparan hasil bumi sebagai persembahan ke kawah Gunung Bromo. Upacara inilah yang menarik wisatawan untuk menyaksikan acara yang hanya berlangsung satu tahun sekali.
Gua/Gunung Widodaren
Gunung/Gua Widodaren ini letaknya di sebelah Gunung Batok dan merupakan potensi obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri. Salah satu daya tarik obyek ini adalah bahwa lokasi ini merupakan tempat keramat berupa gua dan sumber air suci.
Pada bagian dalam gua terdapat tempat yang agak luas dan didalamnya terdapat batu besar (sebagai altar) untuk menempatkan sesajian atau menaruh nadar yang sekaligus sebagai tempat bersemedi khususnya masyarakat Tengger untuk memohon kepada Sang Hyang Widi. Masih di sekitar gua, tepatnya di bagian samping gua tedapat sumber air yang tak pernah kering. Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, misalnya sebagai contoh dalam Upacara Kasada pasti didahului dengan Upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta). Disamping itu pada masyarakat Tengger ada kepercayaan bahwa khasiat air dari gua ini dapat membuat awet muda seseorang serta dapat mendekatkan jodoh bagi yang lajang.
Untuk dapat mencapai obyek ini, telah dibuat jalan setapak yang sempit dengan kemiringan yang agak curam. Untuk itu kepada pengunjung disarankan untuk berhati-hati pada saat berjalan melalui jalan ini. Daya tarik lainnya, bila kita sudah tiba di gua, kita akan dapat menyaksikan pemandangan alam yang indah kebagian bawah yakni laut pasir dan sekitarnya. Suasana indah yang lebih mengagumkan lagi manakala kita menikmati panorama ini disaat fajar dengan kemilau mentari kekuning-kuningan tampak di hadapan kita.
Gunung Batok
Gunung Batok terletak di sebelah Gn. Bromo dan menjadi pemandangan yang menyatu dengan Gn. Bromo. Daya tarik utama adalah gunung ini merupakan habitat edelwis.
Gunung Pananjakan
Puncak G. Pananjakan merupakan tempat yang tertinggi bila dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya di Komplek Pegunungan Tengger. Oleh karenanya di kawasan ini kita dapat menyaksikan keindahan alam di bagian bawah seperti panorama laut pasir dengan komplek Gunung Bromo Dsk. yang dilatarbelakangi G. Semeru dengan kepulan asapnya yang tebal. Dari puncak Pananjakan ini dapat disaksikan/dinikmati pula indahnya matahari terbit di ufuk timur berwarna kekuning-kuningan muncul dari balik perbukitan. Kita dapat menikmati suasana tersebut di atas dalam suasana hening dan tenteram tanpa kebisingan dan kegaduhan.
Gn. Pananjakan secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Kab. Pasuruan. Rute terdekat untuk mencapai Gn. Pananjakan adalah dari Pasuruan menggunakan angkutan umum sampai Tosari ±40 Km, dilanjutkan dengan sewa jeep ±17 Km. Fasilitas yang tersedia berupa shelter, plaza, MCK, dan cafetaria.
B. Potensi Obyek Wisata Budaya
Pure Agung Poten
Pura Agung Poten yang berada di tengah-tengah lautan pasir ini merupakan salah satu pusat peribadatan umat Hindu Tengger.
Gua Widodaren
Gua Widodaren merupakan salah satu tempat penting dalam ritual masyarakat Tengger. Pada bagian dalam gua terdapat tempat yang agak luas dan didalamnya terdapat batu besar (sebagai altar) untuk menempatkan sesajian atau menaruh nadar yang sekaligus sebagai tempat bersemedi khususnya masyarakat Tengger untuk memohon kepada Sang Hyang Widi. Masih di sekitar gua, tepatnya di bagian samping gua terdapat sumber air yang tak pernah kering. Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, sebagai contoh adalah upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta) yang dilakukan sebelum Upacara Kasada. Disamping itu air dari gua ini dipercaya masyarakat Tengger berkhasiat dapat membuat awet muda serta mendekatkan jodoh bagi yang lajang.
Sumur Pitu/Gua Lava
Sumur lava ini berada di tengah Kaldera Tengger tepatnya di laut pasir Blok Kutho, dari kejauhan tampak seperti tumpukan bata bekas kerajaan. Masyarakat setempat menamakan sumur/gua lava ini sebagai Sumur Pitu. Sumur Pitu/Gua Lava ini terbentuk dari proses geo vulkanik yang merupakan proses dari letusan Gunung Bromo.
Pura/Padanyangan Rondo Kuning
Pura kecil atau disebut Pedanyangan ini merupakan tempat peribadatan umat Hindu Tengger yang ada di Ranu Pani. Jika dilihat dari arah utara, pemandangannya sangat bagus, karena lokasinya berada pada tanah yang menjorok ke danau (seperti tanjung). Pure ini dibangun pada tahun 1996 dan direhabilitasi tahun 2001 oleh Pengelola Pura Mandara Giri Semeru Agung - Senduro bersama-sama dengan umat Hindu di Ranu Pani. Pada waktu-waktu tertentu (hari besar umat Hindu) penganut Hindu setempat dan luar kota melakukan ibadah di Pure Rondo Kuning. Menurut pengelola/pengurus Pure tersebut (Mandara Giri Semeru Agung), rangkaian upacara ritual Hindu di Ranu Pani berbeda dengan rangkaian upacara di Gunung Bromo, namun pada upacara besar (Kasada) salah satu lokasi pengambilan air suci adalah Ranu Pani.
Prasasti Ranu Kumbolo
Prasasti ini terletak di tepi danau Ranu Kumbolo. Diduga prasasti ini masih terkait dengan peninggalan Kerajaan Majapahit, yang menceritakan perjalanan Mpu Kameswara untuk mencapai kesucian atau kesempurnaan diri.
Prasasti Arcopodo
Arcopodo/recopodo terletak diantara Kalimati dan Gunung Semeru. Ditempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arcopodo/recopodo. Disamping itu juga terdapat beberapa monumen korban meninggal atau hilang pada saat pendakian G. Semeru. Tempat ini sering dimanfaatkan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalannya ke puncak Mahameru.
Pure Ngadas
Desa Ngadas merupakan enclave TN-BTS yang berada di Seksi Konservasi Wilayah III tepatnya di Resort Ngadas. Penduduk asli Ngadas adalah suku Tengger yang mayoritas memeluk agama Hindu. Salah satu tempat peribadatan masyarakat Tengger di Ngadas adalah Pure Ngadas.
Vihara Ngadas
Selain ama Hindu masyarakat Ngadas juga banyak yang menganut agama lain, salah satu agama yang dianut masyarakat setempat adalah agama Budha dengan aliran Budha Kejawen. Vihara ini merupakan tempat beribadah penganut Budha di Ngadas. Di malam hari dapat didengar lagu pujian terhadap sang Budha.
C. Kegiatan Wisata Alam dan Budaya
Kegiatan wisata alam dan budaya yang dapat dikembangkan untuk dilakukan di TN-BTS antara lain adalah:
Melihat Matahari Terbit (Sunrise)
Salah satu potensi kawasan TN-BTS adalah terdapatnya tempat-tempat yang bagus untuk melihat matahari terbit. Dari tempat tersebut tidak saja dapat dilihat matahari terbit dengan sinar merah kekuning-kuningan akan tetapi pemunculan matahari dari balik landscape gejala alam itulah yang merupakan pemandangan yang spektakuler. tempat-tempat dimana kita dapat menyaksikan indahnya matahari terbit antara lain di puncak gunung Penanjakan dan gunung Bromo.
Untuk dapat menyaksikan matahari terbit, pengunjung datang ke TN-BTS pada tengah malam atau pagi dini hari. Bagi pengunjung yang ingin menyaksikan matahari terbit dari Gunung Pananjakan, disarankan sekitar pukul 03.30 - 04.00 pagi dini hari harus sudah berada di Puncak Pananjakan. Selain menikmati indahnya matahari terbit di ufuk timur, pada pagi menjelang siang dapat menikmati indahnya pemandangan hamparan laut pasir dan kelima gunung di sekitarnya yang masih diselimuti kabut. Membuat foto dengan latar belakang laut pasir sangat bagus di tempat ini.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati matahari terbit dari G. Bromo, diharapkan malam hari atau pagi dini hari sudah sampai di Cemorolawang, lalu pagi hari sekitar pukul 03.30 - 04.00 WIB, perjalanan dilanjutkan dengan naik kuda atau jalan kaki ke Gunung Bromo. Di puncak Bromo dapat disaksikan proses pemunculan matahari dibalik perbukitan yang indah, setelah itu dapat menyaksikan panorama sekitar, membuat foto dan terus kembali ke Cemorolawang.
Melihat Gunung Bromo
Adakalanya pengunjung tidak berkunjung pada pagi dini hari tetapi hanya ingin melihat panorama kawasan gunung Bromo dan sekitarnya. Pola kunjungan seperti ini terjadi pada pagi atau siang hari dan langsung menuju gunung Bromo dengan jalan kaki atau naik kuda. Karena suhu udara lebih hangat pada siang hari, biasanya pengunjung berisitirahat di Cemorolawang untuk beberapa jam sambil jalan-jalan melihat sekitar tempat tersebut.
Mengelilingi Kaldera Tengger
Beberapa pengunjung (kebanyakan wisatawan mancanegara) mendatangi TN-BTS khusus melihat dan menikmati panorama komplek Gunung Bromo dan sekitarnya. Pola demikian biasanya dilakukan dengan membawa perlengkapan secukupnya dan kegiatan yang dilakukan antara lain mendaki gunung Bromo dilanjutkan dengan perjalanan ke Segorowedi Lor (selatan G. Bromo) kemudian kembali melalui tangga G. Bromo.
Kegiatan lain yang dapat dinikmati di komplek ini adalah setelah mengunjungi G. Bromo, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju Gunung/Gua Widodaren. Di Gua ini dapat dinikmati indahnya pemandangan laut pasir dan sekitarnya serta terdapatnya sumber air jernih yang tak pernah kering sepanjang tahun.
Mendaki G. Semeru
Kegiatan pendakian ke G. Semeru mengambil route Malang - Tumpang - Ranu Pani - Ranu Kumbolo - G. Semeru. Desa/pedukuhan terakhir yang dapat dijumpai oleh pengunjung dalam kegiatan ini adalah Dukuh Ranu Pani dan pendaki wajib melapor ke petugas TN-BTS serta memeprsiapkan segala perbekalan dan perlengkapannya.
Menyaksikan Upacara Kasodo
Upacara Kasodo merupakan hari besar bagi masyarakat Tengger untuk memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma. Upacara ini dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 bulan purnama, bulan ke dua belas (Kasada) menurut penanggalan masyarakat Tengger. Upacara diselenggarakan di Pura Poten di lautan pasir dan Gunung Bromo. Dalam upacara Kasada ini dibuat sesajen yang disebut Ongkek berupa bambu berbentuk setengah lingkaran yang dihiasi 30 macam buah-buahan dan kue. Bahan untuk membuat ongkek ini diambil dari desa yang selama satu tahun tidak ada warganya yang meninggal dunia. Setelah diberi mantra, ongkek ini oleh seorang dukun dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.
Dalam upacara Kasada ini selain ada pelemparan sesajen juga ada pengucapan mantra atau doa yang dipimpin oleh dukun sebagai puji syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat dan kasih sayangnya kepada umat manusia, pelantikan calon dukun baru (Diksi Widhi) dan upacara penyucian umat (Palukatan).
Agrowisata Pedesaan
Agrowisata ini dapat dilakukan di kebun/ladang hortikultura milik penduduk setempat. Lokasi terdekat adalah kebun yang berada di sekitar danau Ranu Pani/Ranu Regulo, di Desa Ngadas, Wonokitri dan di sekitar Cemorolawang. Di ladang hortikultura ini pengunjung dapat melihat proses budidaya tanaman hortikultura yang dikembangkan masyarakat setempat serta menikmati hasil pertanian langsung dari ladang. Kemampuan/ketrampilan mereka dalam bertani di lahan dengan kemiringan hampir 90° juga merupakan atraksi yang menarik.
Wisata Danau
Wisata Danau merupakan kegiatan wisata utama yang dapat dikembangkan di sekitar Ranu Pani dan Ranu Regulo. Jenis kegiatan wisata danau yang dapat dilakukan antara lain adalah berperahu mengelilingi danau, berenang, menyelam, dan memancing.
Berperahu dapat dilakukan di danau Ranu Pani karena kondisi fisik danau yang cukup luas dan pemandangan sekitar yang cukup menarik, sehingga mendukung lalu lintas berperahu sambil menikmati pemandangan. Letak danau Ranu Pani yang lebih dekat dengan pintu masuk diharapkan dapat mendukung kegiatan wisata konvensional. Sarana yang diperlukan adalah sepeda air, perahu dayung, perahu rakit (gethek). Jenis transportasi air tersebut dimaksudkan untuk menyediakan sarana rekreasi berdasarkan kelompok umur dan minat pengunjung, serta tantangan yang dikehendaki oleh pengunjung. Sebagai gambaran : untuk keluarga dan anak-anak, disediakan sepeda air. Remaja dan petualang bisa memakai perahu dayung dan rakit (selain sepeda air). Untuk itu diperlukan darmaga untuk pelabuhan transportasi air dan tempat berkumpulnya pengunjung yang hendak berperahu. Selain itu perlu disediakan peralatan renang dan menyelam yang dapat digunakan/disewa oleh pengunjung yang ingin merasakan kesejukan air Ranu Pani.
Memancing dapat dilakukan di danau Ranu Pani dan Ranu Regulo. Dalam rangka pengaturan pengunjung, perlu ditentukan lokasi-lokasi tertentu untuk pemancingan, misalnya di bawah pohon rindang yang ada di tepi danau. Bagi yang menyukai ketenangan memancing di Ranu Regulo dapat menjadi pilihan. Danau Ranu Regulo kondisinya relatif lebih alami, sehingga upaya pemanfaatannya akan lebih baik jika untuk wisata terbatas yang intinya kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan bina cinta alam. Persewaan alat pancing dan pakan/umpan dapat diusahakan untuk pengunjung yang tidak membawa peralatan sendiri.
Berkemah
Selain dari kegiatan tersebut, adakalanya kunjungan dilaksanakan dengan cara berkemah di dalam kawasan TN-BTS selama beberapa malam secara rombongan. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh pengunjung yang berasal dari generasi muda (pecinta alam, pelajar, mahasiswa, karang taruna, dll).
Lokasi yang disediakan untuk kegiatan berkemah di dalam kawasan TN-BTS antara lain terdapat di Camping Ground Cemorolawang, Nongkojajar, Ranu Pani, Ranu Kumbolo, dan Ranu Darungan.
Khusus untuk Camping Ground di Ranu Pani, biasanya tempat ini dipakai oleh para pecinta alam terutama dari Malang untuk mengadakan pembinaan terhadap anggota baru serta melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya. Sedangkan untuk camping ground lainnya sudah sering digunakan oleh lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA) terdekat untuk membina siswanya tentang kepramukaan, cinta alam dan kegiatan lainnya dengan cara berkemah.
Menanam Pohon di Arboretum
Kegiatan ini dapat dilakukan di blok hutan Pusung Bingung dan Gunung Gending yang berada di sekitar Ranu Pani dan Regulo yang akan dijadikan sebagai lokasi arboretum. Dengan mengikuti Paket Wisata Arboretum, wisatawan dapat melakukan kegiatan menanam pohon yang dipandu petugas, Keperluan bibit, peralatan (cangkul, sekop, papan nama, dll) tenaga pendamping dan sertifikat disediakan oleh pengelola kawasan. Setiap pohon yang ditanam diberi identitas penanam (wisatawan) beserta tanggal penanaman. Jenis tumbuhan yang ditanam adalah jenis yang ada di TN-BTS. Selain bertujuan untuk rekreasi dan bina cinta alam, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk membantu program rehabilitasi kawasan.
Untuk mendukung kegiatan paket wisata ini, diperlukan sarana berupa rumah bibit dan peralatan tanam, serta tenaga pemandu penanaman dan adminitrasi. Untuk menambah pengetahuan bagi pengunjung yang ingin mengetahui kondisi Arboretum juga diperlukan pusat informasi khusus Arboretum. Dalam pusat informasi ini disediakan berbagai herbarium koleksi tanaman yang ada dan akan ditanam di Arboretum serta informasi lain yang menyangkut Arboretum.
III. POTENSI OBYEK WISATA ALAM DAN JASA LINGKUNGAN YANG BELUM DIKEMBANGKAN
Danau Ranu Pani - Regulo
Ranu Pani (1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha) merupakan dua dari empat danau yang terdapat di TN-BTS. Untuk mencapai Ranu Pani - Regulo dapat melalui dua jalur yaitu dari arah Lumajang melalui Senduro (±50 Km) dan dari arah Tumpang - Malang (±53 Km). Kedua danau ini berada pada ketinggian 2.200 meter dari muka laut memiliki keindahan alam cukup menarik. Dari tempat ini kita dapat menyaksikan keindahan panorama G. Semeru dengan kepulan asapnya, menikmati keindahan alam sekitar danau, mengamati kehidupan satwa liar khususnya satwa migran burung belibis, dan mengamati budaya/adat istiadat penduduk setempat. Di Desa Ranu Pani yang merupakan desa terdekat dengan danau Ranu Pani terdapat beberapa warung yang menjajakan keperluan makan minum dan perbekalan pendaki. Disamping itu di dukuh ini terdapat beberapa orang penduduk yang biasa mengantar/membawakan barang-barang pendaki hingga ke puncak Mahameru (porter). Fisilitas yang tersedia di Ranu Pani - Regulo antara lain Pondok Pendaki, Pondok Jaga, Pusat Informasi, Pondok Peneliti, MCK, dan Camping Ground. Meskipun sudah ada kegiatan camping, dan penelitian di kawasan tersebut, Danau Ranu Pani belum menjadi tujuan utama pengunjung; para pendaki hanya memanfaatkan sebagai tempat singgah sebelum mendaki Gn. Semeru.
Hutan Alam (Ledok Malang - Ireng-ireng)
Hutan di sepanjang jalur Ledok Malang - Ireng-ireng merupakan hutan alam tropis yang didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, lianan, piji, bambu, pisang. Satwa liar yang dapat dijumpai di blok tersebut adalah jenis burung, macan tutul, babi hutan, rusa, lutung. Sedangkan di hutan alam sepanjang jalur pendakian (Ranu Pani - Watu Rejeng - Ranu Kumbolo) didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, liana, piji, cemara, senduro, anggrek dan edelwis.
Terdapat tebing batu bernama Waturejeng yang dapat digunakan sebagai latihan panjat tebing. Juga terdapat padang rumput Klosot dengan tumbuhan khas padi semeru.
Ranu Darungan
Ranu Darungan merupakan salah satu dari empat danau yang terdapat di TN-BTS tepatnya Seksi Konservasi Wilayah II, Resort Pronojiwo. Secara administrasi pemerintahan Ranu Darungan termasuk dalam wilayah Kab. Lumajang di Dukuh Darungan Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo. Untuk mencapai Ranu Darungan dari Pronojiwo hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan umum, kondisi jalan yang ada masih merupakan jalan makadam.
Danau/Ranu Darungan mempunyai luas sekitar ±0,5 Ha, terletak pada ketinggian diatas 750 m dari permukaan laut. Berdasarkan kejadian/proses pembentukannya, sebetulnya Ranu Darungan merupakan semacam penampungan dari aliran lahar dingin yang melalui proses demikian lama hingga akhirnya aliran tersebut dialiri air.
Daya tarik Ranu Darungan terutama adalah kekhasan alam yaitu adanya hutan di sekitar danau yang relatif masih terjaga kondisinya. Di Ranu Darungan pengunjung bisa menikmati suasana alam yang tenang dan dapat menyaksikan keanekaragaman flora dan fauna, termasuk satwa liar yang hidup bebas. Pengunjung juga dapat berkemah dan memancing.
Blok Adasan
Blok Adasan terletak di laut pasir sebelah tenggara ke arah Jemplang. Dinamakan adasan karena merupakan habitat dari adas (Foeniculum vulgare). Hal yang unik dari blok ini adalah proses suksesi dari tumbuhan adas. Di musim kemarau tumbuhan ini sengaja dibakar oleh masyarakat agar muncul permudaan (trubusan) yang lebih baik di musim penghujan. Selain itu penyebarannya berpindah-pindah menurut arah angin yang menyebarkan bijinya.
Hutan Pananjakan - Dingklik
Hutan di Blok Pananjakan - Dingklik merupakan hutan campuran yang didominasi cemara dan akasia decuren, dan tumbuhan daun lebar lainnya. Blok ini merupakan habitat ayam hutan. Selain itu juga terdapat sumber air yang sangat penting bagi masyarakat sekitar, pengusaha hotel, camp intelijen, dan kantor TN-BTS di Seksi Konservasi Wilayah I.
Cara pencapaian lokasi:
Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km, dan Jemplang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo, 16 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km. Dari Malang ke Ranu Pani menggunakan mobil sekitar 70 menit, yang dilanjutkan berjalan kaki ke Puncak Semeru sekitar 13 jam.
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 278/Kpts-VI/97 dengan luas 50.276,2 hektar
Ditetapkan ----
Letak Kab. Pasuruan, Kab. Probolinggo, Kab.
Lumajang, dan Kab. Malang, Provinsi
Jawa Timur
Temperatur udara 3° - 20° C
Curah hujan Rata-rata 6.600 mm/tahun
Ketinggian tempat 750 - 3.676 m. dpl
Letak geografis 7°51’ - 8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT
Source; dephut.go.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar